Di era yang berkemajuan ini muncul banyak faham serta golongan, Islam yang awalnya utuh kini mulai terbagi menjadi bermacam-macam golongan hal ini tidak membuat saya kaget karena memang sudah di ajarkan dalam diri saya bahwa islam nantinya akan terbagi menjadi 73 golongan.
Muhammadiyah, NU, HTI serta ormas--ormas islam yang lain adalah merupakan salah satu dari 73 golongan tersebut, dalam hal ini ibadah saya lebih condong kepada ajaran Muhammadiyah tapi bukan berarti saya anggota Muhammadiyah, memang kalau dilihat dari track record pendidikan saya sepenuhnya adalah hasil didikan Muhammadiyah mulai dari Taman kanak-kanak sampai Sekolah menengah atas.
Bicara soal Muhammadiyah aku merasa prihatin dengan Muhammadiyah yang ada di desaku, dari hasil pengamatan saya Muhammadiyah di desa saya sedang mengalami krisis kader dan krisis pemimpin, hal itu terbukti dengan keberadaan Pemuda Muhammadiyah yang mulai fakum dengan berbagai macam kegiatan, rata rata kader-kader mereka terhenti usai dari IPM karena IPM berada dalam lingkup sekolah, dan termasuk dalam aturan sekolah bahwa anak didiknya wajib untuk ikut IPM, usai lepas dari sekolah Muhammadiyah mereka seperti terlepas dari penjara organisasi dan putus hubungan dengan Muhammadiyah, bukan bermaksud menyombongkan tapi dari berbagai macam anak yang saya kumpuli, anak didikan Muhammadiyah daya pikirnya jempolan, mereka tak berpengaruh pada omongan pemimpinnya, mereka tak harus ikut apa yang dikatakan pemimpinnya, kalau pemimpinnya di rasa salah maka mereka akan membantahnya dan daya berfikir seperti itulah yang sempat menjadikan konflik internal antara Pemuda Muhammadiyah dan Sesepuh Muhammadiyah beberapa tahun silam.
Lain generasi penerus lain juga pemimpin, di Muhammadiyah tempat saya tinggal saat ini juga mengalami krisis pemimpin, Masa bakti Pimpinan Cabang Muhammadiyah akan segera usai, para sesepuh-sesepuh Muhammadiyah mulai mencari-cari seseorang yang cocok untuk meneruskan tonggak pemimpin di periode mendatang. Sementara sebagian besar yang mereka tunjuk mulai angkat tangan untuk menjadi tonggak pemimpin penerus di periode akan datang.
Seorang pemimpin tak harus seorang ilmuan besar, tak harus orang yang kaya, tak harus orang yang bertitel tinggi, tak harus dari golongan konglomerat, yang terpenting seorang pemimpin harus memiliki jiwa angon atau jiwa menggembala, bukan hanya menggembala kaum tua tapi juga bisa merumat kaum muda. [Enha, 11 Januari 2010]
Mantap ����
ReplyDelete