Thursday, November 26, 2015

LAMBANG INDONESIA HARUSNYA EMPRIT BUKAN GARUDA

22 November 2015, kala itu aku mengikuti Bimbingan Teknis dalam acara pelaksanaan pilihan bupati di Kecamatan tampat saya tinggal yakni Kecamatan Bancar. Ada sesuatu yang menjadi perhatian saya kala itu, pertama foto presiden RI Joko Widodo yang tersenyum yang mengibaratkan pemerintahannya bakalan sukses sementara foto di sampingnya adalah wakil presiden RI yakni Jusuf Kala yang cemberut seperti anak kecil yang mainannya rusak.

Selain foto itu yang menjadi perhatian saya ada satu lagi yang menjadi perhatian saya, yakni patung burung garuda diantara dua foto itu, patung Garuda tersebut dihinggapi Burung Emprit/Burung Gereja di atas kepala Patung Burung Garuda, dia (Burung Emprit) menari-nari, clingak-clinguk, berkicau dihadapan semua audions yang ada seakan dia ingin menunjukkan sesuatu, seakan dia ingin mengatakan sesuatu.

Pulang dari acara Bimbingan Teknis saya masih kepikiran soal Burung Emprit itu, saya coba searching soal burung Garuda dan saya menemukan di Wikipedia ternyata Burung Garuda adalah satu dewa dalam agama Hindu dan Buddha. Ia merupakan wahana Dewa Wisnu, salah satu Trimurti atau manifestasi bentuk Tuhan dalam agama Hindu. Yang jadi pertanyaan sekarang Garuda itu dewa tapi kenapa dibuat lambang negara? Siapa yang salah? Siapa yang tak punya etika ?.

Kalau menurut saya Burung Garuda itu tak ada dan bentuknya tak pasti hanya gambaran-bambaran saja, sayapun tak pernah melihatnya hehehe, saya juga tak setuju dengan orang indonesia yang menyamakan Burung Garuda dengan Burung Elang Jawa. Elang Jawa bukan Garuda meski ada kesamaan.

Kalau dari bangsa burung menurut saya yang lebih cocok untuk menjadi lambang Negara Republik Indonesia ini adalah Burung Emprit/Burung Gereja. Bukan bermaksud meremehkan tapi cobalah difikirkan Burung Emprit adalah burung yang merakyat, hampir di seluruh wilayah indonesia ada, selain itu Burung Emprit burung yang tak pernah pilih-pilih dimana dia hidup, kadang berkembang biak di Gereja, kadang juga di Masjid, Rumah bertingkat, Rumah reyot, di perkotaan, di pedesaan bahkan di hutan juga.

Jangan dilihat dari kecil bentuknya tapi cobalah menilai dari filosofi hidup dan kelangkaannya agar generasi penerus bangsa indonesia tetap tau wujud lambang negara yang bernama Indonesia ini dan tidak ada penilaian bahwa lambang negara Indonesia ini hanyalah khayalan belaka.

Hisyam Noer, 27 November 2015

No comments:

Post a Comment