Friday, July 31, 2015
TUBAN TERANCAM BENCANA
Tuban, kota yang berada di profinsi jawa timur ini memiliki perkembangan yang sangat pesat di bidang industri, pabrik-pabrik besar berdiri di tanah Tuban, mulai dari Pabrik Semen Gresik, Pabrik Baja, Pabrik Semen Holcim dan yang baru-baru ini disebelah utara perairan Tuban telah terjadi pengeboran minyak oleh PT. KriSenergy.
Kota yang memiliki luas wilayah 1.904,70 km2 dengan jumlah penduduk sekitar 1,2 juta jiwa ini memang merupakan lokasi strategis untuk dijadikan sebagai kota industri, dengan berada di jalur pantura.
Keberadaan pabrik-pabrik besar ini jelas ada pengaruhnya di kehidupan daerah sekitar, apa pengaruhnya? Apa dampaknya?. Mungkin sebelum pabrik-pabrik ini berdiri para petinggi-petinggi pabrik bersosialisasi pada penduduk sekitar akan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar tapi kesejahteraan yang seperti apa? Saya yakin sebelum adanya pabrik-pabrik ini masyarakat Tuban sudah sejahtera.
Sepanjang jalur pantura Tuban berjajar pabrik-pabrik besar juga tempat-tempat penampungan pasir hasil tambang, pemandangan ini menggambarkan bahwa Tuban telah terjadi eksploitasi alam besar-besaran.
Bicara soal eksploitasi alam kota Tuban sudah tak seimbang lagi, antara kekayaan alamnya dan pembangunannya. Mulai dari daerah Bancar penambangan pasir besar-besaran sudah dilakukan, daerah perbukitan mulai di garuk oleh investor-investor besar, mereka hanya menggali tanpa menutup lubang itu kembali dan hasilnya hanya meninggalkan tanah berlubang yang nganggur tak bisa dimanfaatkan.
Bukan hanya penambangan pasir saja tapi penambangan batu putih juga banyak di daerah selatan Tuban semisal di daerah Jadi, mereka menggali batu-batu itu demi menghidupi keluarga sehari-hari, di gali terus sampai dalam tanpa memikirkan nyawa yang jadi taruhannya dan akhirnya sama seperti penambang pasir mereka hanya meninggalkan goa-goa batu yang sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi.
Dampak keberadaan pabrik-pabrik besar mulai dirasakan warga sekitar, mulai dari kurangnya sumber air bersih, jalanan berdebu dan rusak sampai banyaknya pengangguran. Daerah sekitar pabrik besar sering kali dirundung masalah gara-gara kekeringan, sumber-sumber air yang dulu mengalir begitu besar kini tersendat akibat terhalang oleh bangunan pabrik juga tersedot oleh pabrik itu sendiri dalam jumlah besar untuk menggunakan air dan akibatnya warga yang dulunya hanya membutuhkan kedalaman 10 meter untuk mencari sumber air kini harus menggali sedalam 100 meter baru mendapatkan sumber air.
Sepanjang jalan pantura Tuban sudah tak senyaman dulu, kini debu-debu berterbangan kepulan-kepulan asap juga bau-bau menyengat limbah pabrik juga terhirup hidung warga yang sedang melewati jalur pantura Tuban, di tambah lagi jalan yang sering rusak akibat kendaran-kendaraan berat yang begitu seringnya berlalu lalang, bukan hanya jalan pantura tapi jalanan desa juga rusak akibat kendaraan besar yang mengangkut barang tambang melewati jalan desa. Mungkin semua berfikir bahwa daerah di sekitar pabrik bakalan mulia tapi kenyataannya tidak seperti itu, banyak warga di sekitar pabrik yang mengalami pengangguran mendadak, yang awalnya bertani kini sudah tak kerja lagi karena tanah garapan yang ia miliki sudah dibeli pabrik, tergiur dengan harga mahal akibatnya kehilangan pekerjaan, bahkan mencari rumput untuk makanan hewan ternak saja susah.
Tuban kota industri tapi sungguh ironi jika melihat warga di sekitarnya, bangunan-bangunan besar yang mengeluarkan asap-asap hitam itu tak berbanding lurus dengan manusia-manusia yang ada di sekitarnya, bahkan barang khas kota Tuban saja cuma dijadikan omongan antar pejabat saja, contohnya Batik Gedok, pengrajin Batik Gedok mulai surut dan pemerintah Tuban kurang memaksimalkannya, harusnya semua pegawai negeri dan sekolahan negeri yang ada di kota Tuban diwajibkan untuk menggunakan Batik Gedok dengan begitu Batik Gedok bukan hanya menjadi omongan atau pameran antar pemerintah daerah saja tapi benar-benar dimaksimalkan keberadaannya.
Tuban adalah kota yang kaya wisata, Tuban juga dijuluki sebagai kota seribu Goa. Memang ada banyak tempat wisata di Tuban bahkan baru-baru ini bermunculan air terjun-air terjun baru. Kalau bicara soal air terjun, Tuban terkenal dengan Air Terjun Nglirip dari dulu tapi baru-baru ini muncul beberapa air terjun baru seperti Air Terjun Bongok dan Air Terjun di Desa Ngulahan Tambakboyo, kenapa baru muncul? Kenapa tidak dari dulu seperti Air Terjun Nglirip?. Analisa saya mengatakan air terjun yang baru muncul itu berasal dari perpecahan aliran sungai akibat ekosistem alam yang mulai tak seimbang, jadi aliran sungai besar yang mengarah ke laut terjadi perpecahan dan mengarah ke tempat lain kemudian menjadi air terjun-air terjun baru, jika musim kemarau air terjun-air terjun baru tersebut akan mengalami kekeringan di aliran airnya yang terjatuh dari atas, berbeda dengan air terjun yang benar-benar air terjun, meski musim kemarau air terjun Nglirip masih tetap dibanjiri air dari atas.
Itu untuk wilayah daratan Tuban, bagaimana dengan wilayah lautnya?. Beberapa bulan kemarin PT. KriSenergi telah mendapatkan ijin untuk melakukan pengeboran minyak di wilayah laut Tuban. Biota laut di wilayah perariran Tuban kini mulai tertkikis hilang, karang-karang yang awalnya tumbuh subur kini mulai hancur oleh ulah nelayan itu sendiri dan hasilnya ikan di wilayah laut Tuban mulai jarang dan nelayanpun mulai kesulitan mencari ikan. Pasir Putih di Desa Remen merupakan salah satu tempat wisata yang populer saat ini di kota Tuban tapi coba perhatikan ada yang lain dengan pasirnya, pasirnya tampak berbeda dan menurut saya itu bukanlah sebuah pasir tapi pecahan-pecahan kecil karang yang ada di perarian laut tersebut, karena begitu kecilnya maka semua orang mengira itu pasir sedangkan di pinggiran pantai remen tersebut banyak berserakan potongan-potongan karang yang berwarna putih, yang jadi pertanyaan sekarang, apakah biota laut akan lebih baik jika terjadi pengeboran minyak di laut?.
Tuban terancam bencana, itu yang ada dalam pikiran saya, investor-investor itu menggali pasir pegunungan sampai habis tanpa melakukan perbaikan terhadap alam yang telah dirusaknya, pabrik-pabrik berdiri begitu megah dan besar, polusi dimana-mana sementara pihak pabrik melakukan penghijauan tidak maksimal, apalagi baru-baru ini penebangan pohon asem yang berumur ratusan tahun terjadi di jalan raya montong yang menuju ke arah Grabakan.
Siapa yang disalahkan atas ke tidak seimbangnya alam Tuban ini, Kita? Pemerintah? Yang jelas ini adalah tanggung jawab bersama, alam ini bukan warisan dari nenek moyang kita, tapi kita telah meminjamnya dari anak cucu kita. Uang bisa habis dalam beberapa bulan tapi Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sebagaimana bunyi UUD pasal 33 ayat 3. Hisyam Noer
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment