Mungkin beberapa pekan ini Omen tak ada kabar, dia bukan sedang minggat atau sedang sembunyi, memang dia jarang keluar akhir-akhir ini, yang biasanya ngumpul bersama kawan-kawannya kini dia lebih memilih untuk berdiam diri saja di rumah, bahkan Denis yang biasanya mengajaknya berdiskusi saja kini terlihat lebih menyendiri, ada apa dengan Omen?
Sore hari anak-anak yang biasanya ngumpul di titik nol kini mulai jarang terlihat lagi, mereka lebih memilih ngumpul di lapangan daripada di titik nol yang tak akan ramai jika Omen tak ikut ngumpul juga. Sementara Denis kembali bermain dengan kawan sebayanya, tak kejar-kejar Omen lagi untuk mengajak berdiskusi atau bermain di pantai seperti biasanya.
Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba Omen bertengger di tempat biasa ngumpul yakni di titik nol, dari kejahuan Cakil, Kentos, Glimblung dan Gemblong berjalan menghampiri Omen.
"Tumben nih anak keluar" Kata Kentos
"Udah duduk sini lo" kata Omen
Tanpa basa basi akhirnya mereka pun duduk bersama Omen.
"Kamu tumben kenapa keluar?" Tanya Cakil
"Lagi pingin aja" Jawab Omen
Denis yang sedang main kejar-kejaran bersama teman-teman sebayanya tiba-tiba berhenti melihat Omen dan gerombolannya berkumpul.
"Bang Omen" Teriak Denis
"Anak kecil ini ikut aja" Kata Glimbung
"Suka-suka dong" Balas Denis
"Sudah-sudah" Sahut Omen
"Bang Omen, kenapa Bang Omen jarang keluar rumah, ngapain Bang Omen di dalam rumah?" Tanya Denis
"Cuma nonton berita sport aja?" Jawab Omen
"Tumben tontonanmu Sport, biasanya yang berbau-bau agama" Sahut Cakil
"Lagi pingin dengar berita atlet-atlet yang dulunya pernah bawa indonesia berjaya kini terlantar, ada yang jadi kuli, ada yang jadi, tukang ojek, supir odong-odong, kasihan mereka" kata Omen
"Terus jaminan dari negara gimana Bang?" Tanya Denis
"Gak tau kelihatannya negara cuma mentelengi aja" Jawab Omen
"Gak usah jauh-jauh atlet Men, coba lihat Pak Mansur, dia dulu berjaya di sekolahnya disanjung-sanjung tapi sekarang ketika dia keluar dari kelompok yang ada di sekolahnya kini dia di asingkan" Sahut Cakil
"Ia bener tuh Kil, Pak Mardi juga yang pernah membawa sebuah organisasi itu besar ketika dia keluar dari oraganisasi itu kini dia di asingkan juga, yang lebih parah itu Pak Jayus yang dulu pernah mengajar saya, meski orangnya galak tapi cara mengajarnya dapat membuat murid-murid memahami apa yang diajarkan, sementara sekarang dia diasingkan dan di cap sebagai orang stress, Kasihan" kata Omen
"Kelihatannya Indonesia kurang hormati sejarah Bang" Kata Denis
"Kamu itu bisa saja Den" Sahut Omen
"Oh dasar arek cilek ngerti opo koen" Kata Cakil [Enha]